Kota Lama adalah
potongan sejarah, karena dari sinilah ibukota Jawa Tengah ini berasal. Semarang
dan Kota Lama seperti dua sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan begitu saja.
Dan tentu saja ini menghadirkan keunikan tersendiri. Sebuah gradasi yang bisa
dibilang jarang ada ketika dua generasi disatukan hingga menciptakan gradasi
yang cantik sebenarnya.
Pada dasarnya area Kota
Lama Semarang atau yang sering disebut Outstadtatau Little
Netherland mencakup setiap daerah di mana gedung-gedung yang dibangun
sejak zaman Belanda. Namun seiring berjalannya waktu istilah kota lama sendiri
terpusat untuk daerah dari sungai Mberok hingga menuju daerah Terboyo.
Dari segi tata kota, wilayah ini dibuat memusat
dengan gereja Blenduk dan kantor-kantor pemerintahan sebagai pusatnya. Mengapa
gereja? Karena pada saat itu pusat pemerintahan di Eropa adalah gereja dan
gubernurnya. Gereja terlibat dalam pemerintahan dan demikian pula sebaliknya.
Bagaimanapun bentuknya
dan apapun fungsinya saat ini, Kota Lama merupakan aset yang berharga bila
dikemas dengan baik. Sebuah bentuk nyata sejarah Semarang dan sejarah Indonesia
pada umumnya.
Kota Tua
Semarang memiliki
kawasan permukiman bersejarah yang lengkap dan unik, seperti Kauman, Kampung
Melayu, Pecinan, dan Little Netherland. Sayangnya, kawasan-kawasan tersebut
terancam dari berbagai penjuru sehingga perlu usaha ekstracerdas untuk
melestarikannya.
Bagi para arsitektur,
Semarang memiliki segudang laboratorium alam ilmu desain yang menggairahkan.
Ya, dari ibu kota Provinsi Jawa Tengah itu telah melahirkan berbagai karya
desain bangunan yang berasal dari penggalian Kota Semarang tempo dulu.
Coba tengok di Kampung
Kauman yang terletak di pusat Kota Semarang. Kawasan ini terdiri dari
kampung-kampung kecil Bangunharjo, Patihan, Kepatihan, Book, Jonegeran,
Getekan, Mustaram, Glondong, Butulan, Pompo, Krendo, Masjid, Kemplongan,
Pungkuran, Suromenggalan, dan Kadipaten.
Setiap kampung memiliki
karakteristik masyarakat dan arsitektur bangunan yang khas. Kekayaan
pengetahuan ini dapat menjadi modal utama dalam rangka pencarian jati diri bagi
sebuah kota.
Cikal Bakal
Para pakar berpendapat,
Kauman merupakan cikal bakal budaya khas Semarangan. Tradisi Dugderan misalnya,
berasal dari masyarakat santri yang bermukim di Kauman yang berpotensi menarik
minat wisatawan.
Kampung Melayu
Kalau Anda ingin
menikmati perkampungan yang multi-etnis, seperti Cina, Banjar, dan Arab,
cobalah tengok Kampung Melayu. Berbagai budaya berbaur dalam kehidupan sosial
masyarakat yang beragam.
Di situ terdapat
kampung-kampung kecil, seperti Pecinan, Kampung Banjar, Kampung Kali Cilik, Kampung
Melayu Darat, Kampung Cirebonan, Kampung Melayu Besar, dan Kampung Pranakan.
Setiap kampung memiliki citra etnis pada arsitektural rumah yang khas. Desain
rumah Banjar misalnya, memiliki enam variasi yang unik.
Selain itu, Kampung
Melayu juga memiliki dua bangunan bersejarah, yakni Masjid Menara dan
Kelenteng. Toleransi antarumat dapat menjadi contoh betapa kebinekaan yang
dibalut dengan kedamaian, dapat menjadi kehidupan yang sangat indah.
Sayangnya, ketika air
laut pasang, Kampung Melayu yang berada di tepi Kali Semarang terendam rob. Air
itu menggenangi kawasan permukiman melalui selokan-selokan yang langsung
berhubungan dengan Kali Semarang.
0 komentar:
Posting Komentar